Li He ada seorang penyair yang sangat terkenal dari Dinasti
Tang (618-907), sangat berbakat dan sudah mulai menulis artikel dari usia tujuh
tahun. Setelah dia dewasa, dia berharap dengan sepenuh hati bahwa kaisar akan
menempatkannya pada posisi penting. Namun, dia tidak pernah sukses dalam karir
politiknya. Merasa sangat tertekan, dia bertekad membuat puisi untuk meredakan
kesedihan.
Setiap dia keluar, dia akan meminta pelayannya untuk membawa
sebuah tas. Ketika dia mendapat inspirasi dan ide tentang puisi yang bagus, dia
akan langsung menuliskannya dan memasukkannya ke dalam tas. Setelah kembali ke
rumah, dia akan memilah dan menyempurnakan drafnya. Ketika ibunya melihat Li He
telah menulis begitu banyak puisi, ibunya merasa sedih “Anak ku telah
menghabiskan semua energi dan emosinya untuk menulis puisi. Dia tidak akan
menyerah sampai dia memuntahkan hatinya. "
Li He meninggal pada usia yang sangat muda yaitu 26 tahun.
Selama 26 tahun hidupnya, dia telah meninggalkan lebih dari 240 puisi, yang dia buat dengan mengerahkan seluruh energi di sepanjang hidupnya.
Terinspirasi dari kisah Li He, Han Yu, seorang sastrawan di
Dinasti Tang, membuat dua kalimat puisi yaitu – Hati sebagai kertas, Tumpahan
darah sebagai tinta - yang artinya bagai menjadikan hati sebagai kertas dan darah
untuk menulis artikel.
Cerita ini berasal dari Biografi Li He. Arti aslinya adalah “Menggunakan
energi berlebih untuk menulis artikel” tetapi zaman sekarang sering di pakai
untuk menggambarkan usaha yang tidak perlu.
No comments:
Post a Comment